Meski isu kenaikan BBM sempat membuat resah masyarakat, tingkat penjualan sektor properti di Indonesia diperkirakan mampu tumbuh hingga 12% pada 2012 ini. Demikian diungkapkan oleh pengamat property Timoticin Kwanda.
“Pasar properti pasti akan dipengaruhi regional. Namun isu krisis ekonomi di Indonesia tidak seperti di Amerika Serikat dan Eropa yang belum terselesaikan dan masih penuh ketidakpastian.. Demand juga cukup bagus. Bahkan fokus investor kini tertuju ke Asia Tenggara,” katanya saat ditemui wartawan Surabaya Post, kemarin (13/5). Timoticin memprediksi, pasar properti akan masih akan berkembang hingga 2014. Bahkan pertumbuhan pasar tahun ini bisa mencapai 10-12%. Hanya saja, pertumbuhan di tahun 2012 ini mungkin tidak akan secepat di tahun lalu, namun ia tetap optimis, ada peningkatan
Dosen Universitas Kristen Petra Surabaya ini juga menilai, pergerakan pasar properti menuju ke kalangan menengah ke bawah. Pengembang juga akan mengalihkan fokus dari premium ke kelas kelas menengah-bawah. “Pada 2011, sudah diawali dengan masyarakat menengah ke bawah bisa masuk pasar properti. Tahun 2012 ini, adalah langkah lanjutan,” terangnya.
Sejak 2007, lanjut Timoticin, bisnis properti di Indonesia mulai berkembang. Hingga pada 2011, perkembangan industri properti mengalami masa keemasan. Menurutnya, siklus perkembangan industri property adalah 4 atau 7 tahun sekali.
“Secara tidak langsung, krisis Eropa maupun krisis dalam negeri, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang ada. Hal ini menyebabkan pertumbuhan properti dunia akan terkoreksi. Tapi di Indonesia, kendati tidak dapat dipastikan, tapi trennya masih positif. Ini justru meningkatkan gairah para investor ke Indonesia,” ungkapnya.
Terkait berbagai kebijakan pemerintah tentang pemukiman dan perumahan yang dirasa sangat merugikan pengembang, ia mempunyai pendapat yang berbeda.
“Saya setuju, pemerintah tidak bisa sendirian untuk menjalankan pasar properti, tapi kita harap pemerintah bisa terus membantu masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Karena pemerintah bisa mendorong properti lewat regulasi. Termasuk dengan bunga rendah dan harga yang rendah,” ujarnya.
Namun yang sangat disayangkan saat ini pemerintah belum tegas terhadap wacana wacana yang akan ditetapkan, semisal penerapan izin mendirikan bangunan, serta sarana transportasi massal yang masi sangat kurang terutama di wilayah Surabaya,karena hal itu merupakan salah satu penunjang sektor property dapat tumbuh lebih besar lagi.
Keoptimisan bahwa tahun 2012 ini pasar property masih booming juga dilontarkan oleh Direktur Pemasaran Pakuwon Group Sutandi Purnomosidi bahwa tahun 2012 pasar properti akan sama halnya dengan kondisi pada tahun 2011.
“Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jatim yang lebih tinggi dibanding angka nasional tentu hal ini akan membawa dampak positif bagi investasi dan daya beli konsumen di sini,dan apabila dilihat perkembangan harga properti,yang kenaikannya sudah mencapai 30 persen sejak 2011 lalu. Ini membuat kami tetap berkeyakinan bahwa pasar properti tahun ini tetap bertumbuh”terangnya saat dikonfirmasi Surabaya Post(11/05).
Terpisah Ketua Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso, beberapa waktu lalu di Jakarta, mengatakan, kini banyak pengembang yang mulai menggarap pasar menengah ke bawah dengan menjual rumah seharga Rp 70-Rp 100 juta untuk rumah sejahtera tapak .
Menurut Setyo, dari 3.000 anggota REI, sebanyak 60% mengerjakan rumah sederhana tapak dengan harga mulai Rp 70-Rp 100 juta. Ke depan Setyo berencana untuk mengadakan pameran khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi fokus Kementerian Perumahan Rakyat.
"Kita juga terus berkomitmen untuk menyediakan rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), mengurangi backlog yang hampir tiap tahun sebesar 700.000 unit," ujar Setyo. Sensus Nasional Indonesia menyatakan kekurangan pasokan rumah (backlog) di Indonesia mencapai 13 juta unit rumah.
Widget by [ Zein Property ]
No comments:
Post a Comment
Satu komentar dari Anda sangat berharga bagi kami